I've got this Viral Linking TAG from one of My Best Friends Dews room, he says that this is some kind of virus... he mean it's spreading fast like a virus! Wow.... and he says that her friends got PR 2 in less than 3 months! Hmm very interesting... so i decided to join this Viral Link TAG and i will pass this along too.
{Start Copy Here}
Rules:
BLOGGERS:
#1. Scraps & Shots #2. Simply Jen 3. This and That 4. Fab & Chic Finds 5.A Slice of Life 6. Jenny Talks 7.Tech Stuff Plus 8. Food on the Table 9. Aussie Talks 10. When Mom Talks 11. Moments of My Life 12. My Crossroads 13. A Life in Bloom 14. Because Life is a Blessing 15. Digiscraptology 16. BLOGSILOG 14.Cherry's Comfort Zone 15. DigiScrapz: Captured Memories 16. Buzzy Me 17. Fab Finds, Etc. 18. Thinking Out Loud 19. Wishing and Hoping 20. PRC Board Exam Results 21. Jobs Abroad 22. My Blog Portfolio17.Race Corner 18. Mommy Talks. 19. Home and Health 20. All Kinds of Me Stuff 21. Ink Baby Studios 22.The Salad Caper 23. Winding Creek Circle 24. Aggie Scraps 25. Momma Stuff 26. We Are Family 27.Gandacious 28. Busynessworld 29. Folcreative 30. Swanportraits 31. Rumination Under The Clouds 32.Consciously Think 33. Sprawt 34. Healthy Skinny 35. Geekyology 36. When Mom Speaks 37. Rumination38. Amiable Amy 39. Captured on Time 40. Pit of Gadgetry 41. Me and Mine 42. Little Peanut 43. Creative in Me 44. Around the world 45. Pea in a Pod 46. For the LOVE of Food 47. Music of My Heart 48. It’s Where the Heart Is 49. Blog in to Space 50. A Mothers Horizon 51. Simply me 52. Whats Up 53. Comedy Plus 54.Lovin' Life 55.Ozzy's Mom 56. Apple and Candie 57. I was once lost in love 58. Pinay in Love 59. Pau's Big Thoughts 60. Twisted Angel 61. Hailey's Beat and Bits 62. Living A' La Mode 63. Bits and Pieces 64. Honey and Daisy 65. Pinay Ads 66. Great Kingkay 66. It's Naptime 67. Lisgold 68. Signe Says 69. Thomas Web Links 70. Thomas Travel Tales 71. Nita's Corner 72. Great Finds and Deals 73. Nita's Ramblings 74.Batuananons 75. Filipino Online Community 76. Healthy Living and Lifestyle 77. CompTechGadgets 78.Nita's Random Thoughts 79. Make Money Online 80. Erlinda's Wandering Thoughts 81. Kitty's haven 82.This and That 83. Shoppaholic girly 84. My Life in this Wonderful World 85. My Online World 86. Joys in Life 87. Journey in Life 88. Tere's World 89. Jean's Live it Up 90. Muzikistah 91. Maharot 92. SUPASTAH!93.Life is a constant journey 94.Amazingly Me 70. Treeennndddzzz 96. otwarteInfo’s 98. AdventureSage 99. in-Tech Revolution 100. LovingMore 101. From Melissa's Desk 102. denz Recreational 103. Network of Combined Ideas 104. Sheltered Not Shattered 105. Mommying on the Fly 106. Me, Myself and Darly 107. Stay at Home Mom 108. Harmony in Motion 109. My Happy Thoughts 110. Mommyhood is Thankless 111. Life is Random. SO.I.AM 112.Life's sweet and spices 113. Rainbow Colored Me 114. My Oweini Life 115. All About Mye Life 116. Is it Bedtime Yet 117. Super Coupon Girl 118. My Life.... My Journey 119. Project Wicked Blogs and Reviews 120. Life According To Me 121. WilStop 122. I Love Pixels 123. Cellulitic Bliss 124.Underneath It All 125. Momstart 126. Pinaymama's Diary 127. My Heart 4 Him 128. 1StopMom 129.Random Chronicles 130. Maeyonnaise 131.Blessings in Life 132. Survivor Mom 133. Sharing my Thoughts134. Beautiful Language 135. Medical Updates 136. Living in One Income 137. Mommy Elvz 138.elymac&frendz 139. BeinG mYselF 140. Love's Haven 141. Mi Mundo Del Amor 142. Budiawan Hutasoit. 143. Mr6ta 144. Kios Info 145. Dews Room 146. untaianhikmah 147 gizinews 148.Your Blog Here...
{END Copy Here}
I am tagging all of my friends who wanted to increase their blogs traffic, PR, Technorati Authority and even backlinks. Zona teknologi, blogendeng, jogjacartoon, prima lokomotif, global warning, nurwita site, coretan dinding, ekspresi diri
Kamis, 27 November 2008
VIRAL-LINKING-TAG
1. Copy paste from {Start Copy Here} to {End Copy Here}
2. Please link back to the person who tagged you and PASS this tag to many of your friends
3. If you have more than one blog, please post this to all of your blogs, the more the merrier.
4. The use of NO FOLLOW on links is not allowed, Let's all be fair!
5. Remember to come back here at JENNY TALKS (pls don't change this link) and leave the exact post url so I can add you to the master list to help increase our rankings and improve our Technorati Authority.
6. Spread the virus.. oooopps I mean the VIRAL LINKING and happy blogging!
Senin, 24 November 2008
SANG DIREKTUR (cerpen)
Rembulan limau retak tertancap ranting-ranting cemara. Sinarnya pucat pasi ditelan gulita malam. Bintang gemintangpun enggan bersinar, sembunyi dibalik cakrawala. Angin malam mendesau membawa temaram menggetarkan daun-daun jatuh ke pangkuan bumi. Di kejauhan anjing hutan menjerit ke langit membawa kabar tentang kegelisahan malam.
Jam telah berdentang 12 kali. Namun Harnowo masih terduduk diteras terbungkus resah. Wajahnya ditekuk, tangan kiri meijit-mijit jidat. Sesekali dia menghela napas panjang, seolah menghempaskan beban yang menyesakkan dada. Entah apa yang berkecamuk di hatinya.
Dia adalah anak bungsu kebanggaanku. Dari 5 bersaudara, dialah yang paling berhasil dalam kariernya. Sekarang ini dia adalah seorang Direktur suatu rumah sakit pemerintah. Karena kesibukannya, dia sangat jarang menengokku. Belum tentu setahun sekali dia menenggok aku, ibunya yang tinggal sebatang kara ini. Seperti biasa, kali ini dia datang sendiri dengan wajah kusut masai. Tanpa ditemani anak-anaknya. Apalagi istrinya yang juga seorang dokter itu. “ Sibuk !” itulah jawaban klasik yang selalu jadi alasan.
Dia masih membatu ketika aku datang menghampirinya. Ku duduk disebelahnya, sambil menyisir gelap malam penyimpan sejuta misteri.
“Harnowo!.. ada apa?”tanyaku penuh kelembutan.
“Ndak ada apa-apa kok bu”, jawabnya datar. Matanya terus menyusuri pekatnya malam. Entah mencari jawaban, ataukah sembunyi dari pertanyaanku barusan.
“Jangan bohong sama ibu! Ibu tahu kamu ada masalah”.
”Ndak kok bu ! Cuman lelah saja”.
”Lelah apa?”.
”Ya....lelah mikir pekerjaan bu..”.
”Ah..mosok”.
”Maklum bu !.. sebagai Direktur semua masalah bertumpu padaku. Mulai dari membuat perencanaan, pengaturan anggaran, proyek ini-itu, laporan-laporan, belum kalau ada pemeriksaan dari Irjen atau BPK. Belum lagi kalau ada komplain pasien gara-gara dokternya perawatnya mogok. Bahkan sampe WC mampet, genting bocor saja harus aku yang mikir. Aku lelah bu....sangat lelah”.
”Lho.... Kamu kan punya anak buah !? Ada wakil direktur. Ada kepala bagian, kepala seksi, kepala Instalasi, kepala unit dan masih banyak lainnya. Kamu tinggal nyuruh-nyuruh mereka to !”.
”Iya sih bu. Tapi................aku tidak percaya sama mereka. Mereka itu nggak becus kerjanya. Yang dipikir hanya bagaimana dapat untung. Kalau nggak gitu, yang dipikir ya cuma insentif, insentif dan insentif”.
”Ah ...mosok begitu. Lha kamu sendiri bagaimana?”
Harnowo hanya diam. Tapi kerisauan, kegelisan tampak jelas bergelayut dimatanya yang memandang jauh di kegelapan. Seakan ingin bersembunyi di kelamnya malam. Sementara kabut tipis mulai turun. Dinginnya mulai menembus jaket tebal yang kukenakan. Ya..jaket pemberiannya. Saat dia masih jadi dokter Puskesmas. Saat dia belum menikah dengan dokter Dian. Saat dia belum sesukses sekarang. Saat dia masih memperhatikan ibunya. Tidak seperti sekarang!
”Lelah bu, aku sangat lelah !! sangat !!. Rasanya ingin berhenti saja. Istirahat dirumah. Tapi gimana ...dirumah juga nggak ada siapa-siapa. Istri pergi terus, anak-anak juga nggak tahu kemana”.kata Harnowo datar sambil sesekali menarik napas dalam-dalam.
”Lho..lha istrimu kemana? Juga anak-anakmu, Eko, Dwi, dan Tri? Harusnya mereka dirumah to?”
”Entahlah Bu..”
”Kamu ini bagaimana to le?! Kamu ini kan kepala keluarga, mosok nggak tahu mereka kemana”.
”aku sibuk bu..”.
”sibuk ! terus keluarga nggak diurus gitu? Dosa itu namanya !!”
”Aku sibuk bu. Sebagai direktur pekerjaanku terlalu banyak. Apalagi stafku ndak bisa dipercaya”.
” Ah ..mosok !! jangan-jangan kamu saja yang tidak bisa mimpin. Jadi direktur kok sembarang dipikir sendiri. Harusnya bagi-bagi tugas to!!”
Harnowo hanya diam. Sambil menarik napas panjang, kembali dia memijit-mijit kening dan batang lehernya.
”Ya sudah,gimana kalau hal ini ibu sampaikan pada Pak De’mu yang jadi Dirjen?”.
”Maksud ibu?”
” Ya,..biar kamu tidak usah jadi Direktur saja !!”.
Harnowo tersentak ! kaget !
”Ibu gimana sih. Ya jangan !!!”.
”Kok jangan ?”
”Ya jangan. Tidak bisa begitu bu!”.
” Kok tidak bisa bagaimana?. Kan tinggal kamu diganti, atau mengundurkan diri beres to?. Dengan begitu kamu bisa lebih santai, longgar, bisa menikmati hidup, bisa sering kumpul membina keluarga, bisa sering-sering nengok ibu. Coba mana?! Berapa tahun sekali kamu nengok ibu ?. Apalagi istrimu itu. Juga anak-anakmu. Jangan-jangan... mereka tidak tahu, kalau punya nenek disini”.
”Ya ndak gitu bu”, gerutunya sambil mengambil sebatang rokok, menyulut dan menghisapnya dalam-dalam.
”Dokter kok ngrokok !!! katanya ndak baik buat kesehatan?”.
”Ah ibu... bawel amat sih!” jawabnya kesal sambil mematikan lagi rokoknya. Sementara malam terus bergulir. Membagi-bagi mimpi bagi mereka yang sudah terlelap.
”Sekarang bagaimana?”, tanyaku lagi
”Bagaimana, apanya bu?”.
” Yang tadi ! bagaimana kalau ibu bilang sama pak de’mu? Biar kamu tidak usah jadi Direktur saja”.
”Tidak bisa begitu bu !”.
”Tidak bisa bagaimana?”, kataku mulai jengkel.
Harnowo tetap diam dan membisu. Kembali dia memijit-mijit jidatnya.
”Tidak bisa bagaimana? Ditanya orang tua ndak njawab !!!”, bentakku sambil menahan emosi. Harnowo memandangku sebentar, kemudian menghela napas panjang.
” Bu...jadi direktur, memang semua pekerjaan, permasalahan mengalir ke mejaku. Mulai proyek gedung ini-itu, renovasi bangsal sampai saluran limbah. Dari operasi jantung sampai operasi kutil. Dari pengadaan CT scan sampai pengadaan obat. Belum penerimaan pegawai, aku yang harus nangani bu. Memang lelah, melelahkan ! Tapi sebenarnya dari situlah rejeki saya bu! Dari rekanan proyek, CV ini-itu, alat kesehatan, leveransir makanan, obat, reagen, dari pegawai baru. Makanya aku bisa bayar cicilan beberapa apartemen, mobil mewah, beli barang-barang antik. !”, jawabnya.
”Lho...itu kan ilegal, gratifikasi, kolusi, korupsi ! kalau ada pemeriksaan bagaimana?”.
”Ah itu kecil bu ! paling-paling yang mriksa Irjen. BPKP, BPK. Atau KPK sekalian. Toh mereka manusia juga. Kasih amplop beres bu !”.
“ O…..begitu ya”, jawabku datar. Entah mengapa ada kegetiran merayap ke sekujur tubuh. Awanpun mengambang dipelupuk mataku. Inikah anakku? Yang seorang Direktur kebanggaanku itu?
Kukuatkan hati. Kulempar kegetiran digelapnya malam dibalik senyum hambar yang kupaksakan.
“ Terus, yang membuat kamu resah apa?” tanyaku lagi
“E..e.. anu bu..” katanya dengan bimbang.
“anu apa?”
“E…e…anu bu ! aku dipromosikan jadi direktur rumah sakit Kelas A di Sumatera”.
“ ya bagus kan?”.
“ Tapi aku bingung bu. Kalau aku terima, nanti bagaimana dengan keluargaku. Dian istriku pasti ndak mau ninggalkan prakteknya. Belum anak-anak, kuliahnya bagaimana? Kalau istri dan anak-anak saya tinggal bagaimana jadinya? Sekarang saja rasanya sudah hampa. Istri ndak pernah ketemu, sibuk dengan kerjanya sendiri. Anak-anak juga gitu.”.
“Kalu gitu Ya ndak usah ngongso ! Nggak jadi direktur juga tidak apa-apa kan? katanya sudah lelah! Lebih baik kamu cari tempat yang nyantai saja. Biar nggak lelah, longgar, bisa kumpul membina keluarga, ngurus anak-anak. Biar keluarga tidak seperti kapal pecah begitu. Terus nanti juga dapat sering-sering nengok ibu”..
“La itu masalahnya bu. Kalau aku nggak jadi direktur, mukaku ditaruh dimana ? Masak mantan direktur terus jadi staf biasa? Malu kan bu! Belum masalah pendapatan. Kalau nggak jadi direktur untuk bayar mobil, apartemen, uang belanja istri, , kuliah anak-anak, untuk ini- itu dan sebagainya dari mana coba?””.
“Harnowo…! Kamu ini bagaimana sih? Uang itu bukan segala-galanya. Pikir istrimu. pikir anak-anakmu. Pokoknya Ibu tidak mau lagi dengar kabar kalau istri dan anak-anakmu jadi orang yang nggak bener ! ini semua gara-gara kamu yang nggak becus ngurus keluarga. Sudah tolak saja tawaran itu!”
”Tapi di rumah sakit besar proyeknya jauh lebih besar bu, pendapatannya juga lebih besar. Pasti uangnya, insentifnya juga jauh lebih besar. Sayang kalau nggak diterima. Apalagi kesempatan ini nggak mungkin akan datang dua kali bu”
“Astaghfirullah al’adzim harnowo… harnowo! Kenapa sih yang kamu pikir uang, uang dan uang melulu!”
“ Sekarang uang itu sangat penting bu. Dengan punya uang kita bisa melakukan apa saja!”.
Astaghfirullah!!!. Aku hanya bisa diam. Tak tahu harus bicara apa. Sementara malam yang kian renta, menyembunyikan rembulan pucat dibalik awan. Membuat malam semakin muram. Semuram hatiku, yang tak tahu jalan pikiran Harnowo, anak kebanggaanku.
”Oahhh................... dah ngantuk bu saya tidur dulu”, kata Hernowo sambil berdiri meninggalkan diriku. Kulihat jelas kerisauan masih bergelayut dihatinya. Kerisauan yang juga membuatku sedih. Resah gelisahpun menghujam, membangkitkan kecemasan yang menjulang. Sampai pagi menjelang aku masih terduduk terbalut resah. Apa....yang akan terjadi?
Pagi buta harnowo pamit kembali ke kota. Kulepas dia dengan setumpuk doa, smoga tak terjadi apa-apa. Tapi hatiku berkata lain. Aku sedih. Semakin sedih dan sendiri. Tak terasa bendungan air dimataku tumpah ruah membasahi pipiku. Kepedihan menikam jauh kedasar jantung hati. Seperti itukah anakku? Mengapa uang telah menjadi berhala yang dipertuhankan? Mengapa harta membutakan mata hatinya? Kemana hilangnya jiwa kesederhanaan? kejujuran? Ampuni hambamu ini ya Allah. Yang tidak mampu menjaga amanah Mu !
********************
Senja merah semburat dibatas cakrawala. Burung-burung pipit terbang meliuk rendah kembali ke sarangnya. Pulang kembali pada induknya. Dengan saudara-saudaranya. Betapa bahagianya mereka ! Sementara aku disini mati dalam sepi. Hanya Iyem pembantuku yang setia menemaniku. Membuatkanku teh dan pisang goreng sebagai teman menikmati senja merah, sambil berharap ada anakku yang pulang sore ini. Termasuk Harnowo.
” Nyonya, monggo koran sorenya Nyonya”, kata Iyem membuyarkan lamunanku.
”Ya, terima kasih yem”.
Ketika kubuka betapa terkejutnya aku, kulihat headline ”Seorang Direktur RS A kota B dengan inisial dr H ditangkap KPK dengan tuduhan korupsi.......”
”Oh.. Harnowo anakku!”.
Seketika semua menjadi gelap. Aku terpelanting ke kiri. Dan tak sadarkan diri..............
Dheminto
Konsultasi gizi gratis. http://gizinews.blogspot.com
http://untaianhikmah.blogspot.com
Selengkapnya...
Jam telah berdentang 12 kali. Namun Harnowo masih terduduk diteras terbungkus resah. Wajahnya ditekuk, tangan kiri meijit-mijit jidat. Sesekali dia menghela napas panjang, seolah menghempaskan beban yang menyesakkan dada. Entah apa yang berkecamuk di hatinya.
Dia adalah anak bungsu kebanggaanku. Dari 5 bersaudara, dialah yang paling berhasil dalam kariernya. Sekarang ini dia adalah seorang Direktur suatu rumah sakit pemerintah. Karena kesibukannya, dia sangat jarang menengokku. Belum tentu setahun sekali dia menenggok aku, ibunya yang tinggal sebatang kara ini. Seperti biasa, kali ini dia datang sendiri dengan wajah kusut masai. Tanpa ditemani anak-anaknya. Apalagi istrinya yang juga seorang dokter itu. “ Sibuk !” itulah jawaban klasik yang selalu jadi alasan.
Dia masih membatu ketika aku datang menghampirinya. Ku duduk disebelahnya, sambil menyisir gelap malam penyimpan sejuta misteri.
“Harnowo!.. ada apa?”tanyaku penuh kelembutan.
“Ndak ada apa-apa kok bu”, jawabnya datar. Matanya terus menyusuri pekatnya malam. Entah mencari jawaban, ataukah sembunyi dari pertanyaanku barusan.
“Jangan bohong sama ibu! Ibu tahu kamu ada masalah”.
”Ndak kok bu ! Cuman lelah saja”.
”Lelah apa?”.
”Ya....lelah mikir pekerjaan bu..”.
”Ah..mosok”.
”Maklum bu !.. sebagai Direktur semua masalah bertumpu padaku. Mulai dari membuat perencanaan, pengaturan anggaran, proyek ini-itu, laporan-laporan, belum kalau ada pemeriksaan dari Irjen atau BPK. Belum lagi kalau ada komplain pasien gara-gara dokternya perawatnya mogok. Bahkan sampe WC mampet, genting bocor saja harus aku yang mikir. Aku lelah bu....sangat lelah”.
”Lho.... Kamu kan punya anak buah !? Ada wakil direktur. Ada kepala bagian, kepala seksi, kepala Instalasi, kepala unit dan masih banyak lainnya. Kamu tinggal nyuruh-nyuruh mereka to !”.
”Iya sih bu. Tapi................aku tidak percaya sama mereka. Mereka itu nggak becus kerjanya. Yang dipikir hanya bagaimana dapat untung. Kalau nggak gitu, yang dipikir ya cuma insentif, insentif dan insentif”.
”Ah ...mosok begitu. Lha kamu sendiri bagaimana?”
Harnowo hanya diam. Tapi kerisauan, kegelisan tampak jelas bergelayut dimatanya yang memandang jauh di kegelapan. Seakan ingin bersembunyi di kelamnya malam. Sementara kabut tipis mulai turun. Dinginnya mulai menembus jaket tebal yang kukenakan. Ya..jaket pemberiannya. Saat dia masih jadi dokter Puskesmas. Saat dia belum menikah dengan dokter Dian. Saat dia belum sesukses sekarang. Saat dia masih memperhatikan ibunya. Tidak seperti sekarang!
”Lelah bu, aku sangat lelah !! sangat !!. Rasanya ingin berhenti saja. Istirahat dirumah. Tapi gimana ...dirumah juga nggak ada siapa-siapa. Istri pergi terus, anak-anak juga nggak tahu kemana”.kata Harnowo datar sambil sesekali menarik napas dalam-dalam.
”Lho..lha istrimu kemana? Juga anak-anakmu, Eko, Dwi, dan Tri? Harusnya mereka dirumah to?”
”Entahlah Bu..”
”Kamu ini bagaimana to le?! Kamu ini kan kepala keluarga, mosok nggak tahu mereka kemana”.
”aku sibuk bu..”.
”sibuk ! terus keluarga nggak diurus gitu? Dosa itu namanya !!”
”Aku sibuk bu. Sebagai direktur pekerjaanku terlalu banyak. Apalagi stafku ndak bisa dipercaya”.
” Ah ..mosok !! jangan-jangan kamu saja yang tidak bisa mimpin. Jadi direktur kok sembarang dipikir sendiri. Harusnya bagi-bagi tugas to!!”
Harnowo hanya diam. Sambil menarik napas panjang, kembali dia memijit-mijit kening dan batang lehernya.
”Ya sudah,gimana kalau hal ini ibu sampaikan pada Pak De’mu yang jadi Dirjen?”.
”Maksud ibu?”
” Ya,..biar kamu tidak usah jadi Direktur saja !!”.
Harnowo tersentak ! kaget !
”Ibu gimana sih. Ya jangan !!!”.
”Kok jangan ?”
”Ya jangan. Tidak bisa begitu bu!”.
” Kok tidak bisa bagaimana?. Kan tinggal kamu diganti, atau mengundurkan diri beres to?. Dengan begitu kamu bisa lebih santai, longgar, bisa menikmati hidup, bisa sering kumpul membina keluarga, bisa sering-sering nengok ibu. Coba mana?! Berapa tahun sekali kamu nengok ibu ?. Apalagi istrimu itu. Juga anak-anakmu. Jangan-jangan... mereka tidak tahu, kalau punya nenek disini”.
”Ya ndak gitu bu”, gerutunya sambil mengambil sebatang rokok, menyulut dan menghisapnya dalam-dalam.
”Dokter kok ngrokok !!! katanya ndak baik buat kesehatan?”.
”Ah ibu... bawel amat sih!” jawabnya kesal sambil mematikan lagi rokoknya. Sementara malam terus bergulir. Membagi-bagi mimpi bagi mereka yang sudah terlelap.
”Sekarang bagaimana?”, tanyaku lagi
”Bagaimana, apanya bu?”.
” Yang tadi ! bagaimana kalau ibu bilang sama pak de’mu? Biar kamu tidak usah jadi Direktur saja”.
”Tidak bisa begitu bu !”.
”Tidak bisa bagaimana?”, kataku mulai jengkel.
Harnowo tetap diam dan membisu. Kembali dia memijit-mijit jidatnya.
”Tidak bisa bagaimana? Ditanya orang tua ndak njawab !!!”, bentakku sambil menahan emosi. Harnowo memandangku sebentar, kemudian menghela napas panjang.
” Bu...jadi direktur, memang semua pekerjaan, permasalahan mengalir ke mejaku. Mulai proyek gedung ini-itu, renovasi bangsal sampai saluran limbah. Dari operasi jantung sampai operasi kutil. Dari pengadaan CT scan sampai pengadaan obat. Belum penerimaan pegawai, aku yang harus nangani bu. Memang lelah, melelahkan ! Tapi sebenarnya dari situlah rejeki saya bu! Dari rekanan proyek, CV ini-itu, alat kesehatan, leveransir makanan, obat, reagen, dari pegawai baru. Makanya aku bisa bayar cicilan beberapa apartemen, mobil mewah, beli barang-barang antik. !”, jawabnya.
”Lho...itu kan ilegal, gratifikasi, kolusi, korupsi ! kalau ada pemeriksaan bagaimana?”.
”Ah itu kecil bu ! paling-paling yang mriksa Irjen. BPKP, BPK. Atau KPK sekalian. Toh mereka manusia juga. Kasih amplop beres bu !”.
“ O…..begitu ya”, jawabku datar. Entah mengapa ada kegetiran merayap ke sekujur tubuh. Awanpun mengambang dipelupuk mataku. Inikah anakku? Yang seorang Direktur kebanggaanku itu?
Kukuatkan hati. Kulempar kegetiran digelapnya malam dibalik senyum hambar yang kupaksakan.
“ Terus, yang membuat kamu resah apa?” tanyaku lagi
“E..e.. anu bu..” katanya dengan bimbang.
“anu apa?”
“E…e…anu bu ! aku dipromosikan jadi direktur rumah sakit Kelas A di Sumatera”.
“ ya bagus kan?”.
“ Tapi aku bingung bu. Kalau aku terima, nanti bagaimana dengan keluargaku. Dian istriku pasti ndak mau ninggalkan prakteknya. Belum anak-anak, kuliahnya bagaimana? Kalau istri dan anak-anak saya tinggal bagaimana jadinya? Sekarang saja rasanya sudah hampa. Istri ndak pernah ketemu, sibuk dengan kerjanya sendiri. Anak-anak juga gitu.”.
“Kalu gitu Ya ndak usah ngongso ! Nggak jadi direktur juga tidak apa-apa kan? katanya sudah lelah! Lebih baik kamu cari tempat yang nyantai saja. Biar nggak lelah, longgar, bisa kumpul membina keluarga, ngurus anak-anak. Biar keluarga tidak seperti kapal pecah begitu. Terus nanti juga dapat sering-sering nengok ibu”..
“La itu masalahnya bu. Kalau aku nggak jadi direktur, mukaku ditaruh dimana ? Masak mantan direktur terus jadi staf biasa? Malu kan bu! Belum masalah pendapatan. Kalau nggak jadi direktur untuk bayar mobil, apartemen, uang belanja istri, , kuliah anak-anak, untuk ini- itu dan sebagainya dari mana coba?””.
“Harnowo…! Kamu ini bagaimana sih? Uang itu bukan segala-galanya. Pikir istrimu. pikir anak-anakmu. Pokoknya Ibu tidak mau lagi dengar kabar kalau istri dan anak-anakmu jadi orang yang nggak bener ! ini semua gara-gara kamu yang nggak becus ngurus keluarga. Sudah tolak saja tawaran itu!”
”Tapi di rumah sakit besar proyeknya jauh lebih besar bu, pendapatannya juga lebih besar. Pasti uangnya, insentifnya juga jauh lebih besar. Sayang kalau nggak diterima. Apalagi kesempatan ini nggak mungkin akan datang dua kali bu”
“Astaghfirullah al’adzim harnowo… harnowo! Kenapa sih yang kamu pikir uang, uang dan uang melulu!”
“ Sekarang uang itu sangat penting bu. Dengan punya uang kita bisa melakukan apa saja!”.
Astaghfirullah!!!. Aku hanya bisa diam. Tak tahu harus bicara apa. Sementara malam yang kian renta, menyembunyikan rembulan pucat dibalik awan. Membuat malam semakin muram. Semuram hatiku, yang tak tahu jalan pikiran Harnowo, anak kebanggaanku.
”Oahhh................... dah ngantuk bu saya tidur dulu”, kata Hernowo sambil berdiri meninggalkan diriku. Kulihat jelas kerisauan masih bergelayut dihatinya. Kerisauan yang juga membuatku sedih. Resah gelisahpun menghujam, membangkitkan kecemasan yang menjulang. Sampai pagi menjelang aku masih terduduk terbalut resah. Apa....yang akan terjadi?
Pagi buta harnowo pamit kembali ke kota. Kulepas dia dengan setumpuk doa, smoga tak terjadi apa-apa. Tapi hatiku berkata lain. Aku sedih. Semakin sedih dan sendiri. Tak terasa bendungan air dimataku tumpah ruah membasahi pipiku. Kepedihan menikam jauh kedasar jantung hati. Seperti itukah anakku? Mengapa uang telah menjadi berhala yang dipertuhankan? Mengapa harta membutakan mata hatinya? Kemana hilangnya jiwa kesederhanaan? kejujuran? Ampuni hambamu ini ya Allah. Yang tidak mampu menjaga amanah Mu !
********************
Senja merah semburat dibatas cakrawala. Burung-burung pipit terbang meliuk rendah kembali ke sarangnya. Pulang kembali pada induknya. Dengan saudara-saudaranya. Betapa bahagianya mereka ! Sementara aku disini mati dalam sepi. Hanya Iyem pembantuku yang setia menemaniku. Membuatkanku teh dan pisang goreng sebagai teman menikmati senja merah, sambil berharap ada anakku yang pulang sore ini. Termasuk Harnowo.
” Nyonya, monggo koran sorenya Nyonya”, kata Iyem membuyarkan lamunanku.
”Ya, terima kasih yem”.
Ketika kubuka betapa terkejutnya aku, kulihat headline ”Seorang Direktur RS A kota B dengan inisial dr H ditangkap KPK dengan tuduhan korupsi.......”
”Oh.. Harnowo anakku!”.
Seketika semua menjadi gelap. Aku terpelanting ke kiri. Dan tak sadarkan diri..............
Dheminto
Konsultasi gizi gratis. http://gizinews.blogspot.com
http://untaianhikmah.blogspot.com
Label:
CERPEN
Selasa, 11 November 2008
ANDAI KUTAHU INI HARI TERAKHIRKU
Sobat.
Bukankah Allah SWT telah berfirman, bahwa setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati? Bukankah tidak hanya Amrozi, Ali Ghufron maupun Imam Samudra, kita semua akan mati. Cuma…… entah kapan itu akan terjadi. Yang jelas pasti kita semua akan mati. Pasti! Bisa besok, lusa, atau justru hari ini.
Sobat.
Seandainya kita tahu bahwa hari ini hari terakhir kita, Apa yang hendak kita kerjakan?
o Apakah kita akan mengingat dosa dan bersimpuh untuk bertaubat nasuha dengan memperpanjang sujud dan istighfar?
o Apakah kita akan membersihkan rumah dari barang haram yang membuat malu didunia dan menjadi beban di akhirat?
o Apakah kita akan menegakkan sholat dengan berjamaah dimasjid, dengan tuma’ninah dan sekusyuk mungkin, dan tidak akan beranjak sebelum melantunkan dzikir yang menggetarkan hati?
o Apakah kita akan meminta maaf kepada orang yang telah kita dzalimi, baik dalam ucapan, perilaku maupun dalam hal harta?
o Apakah kita akan menyampaikan amanah yang dititipkan kepada kita, kepada mereka yang berhak?
o Apakah kita akan banyak membaca Al Qur’an, setelah sekian lama kita tinggalkan?
o Apakah kita akan memperbanyak sedekah kepada orang yang membutuhkan?
o Apakah kita akan menjauhi segala dosa dan segala hal yang tidak berguna?
Jika demikian, mengapa tidak kita kerjakan mulai sekarang? Bukankah, bisa jadi ini hari terakhir kita?
Bukankah Rasulullah SAW telah bersabda, “Sesungguhnya, amal ( yang paling menentukan) adalah amal terakhirnya”.(HR.Bukhari).
Bukankah Allah SWT telah berfirman, bahwa setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati? Bukankah tidak hanya Amrozi, Ali Ghufron maupun Imam Samudra, kita semua akan mati. Cuma…… entah kapan itu akan terjadi. Yang jelas pasti kita semua akan mati. Pasti! Bisa besok, lusa, atau justru hari ini.
Sobat.
Seandainya kita tahu bahwa hari ini hari terakhir kita, Apa yang hendak kita kerjakan?
o Apakah kita akan mengingat dosa dan bersimpuh untuk bertaubat nasuha dengan memperpanjang sujud dan istighfar?
o Apakah kita akan membersihkan rumah dari barang haram yang membuat malu didunia dan menjadi beban di akhirat?
o Apakah kita akan menegakkan sholat dengan berjamaah dimasjid, dengan tuma’ninah dan sekusyuk mungkin, dan tidak akan beranjak sebelum melantunkan dzikir yang menggetarkan hati?
o Apakah kita akan meminta maaf kepada orang yang telah kita dzalimi, baik dalam ucapan, perilaku maupun dalam hal harta?
o Apakah kita akan menyampaikan amanah yang dititipkan kepada kita, kepada mereka yang berhak?
o Apakah kita akan banyak membaca Al Qur’an, setelah sekian lama kita tinggalkan?
o Apakah kita akan memperbanyak sedekah kepada orang yang membutuhkan?
o Apakah kita akan menjauhi segala dosa dan segala hal yang tidak berguna?
Jika demikian, mengapa tidak kita kerjakan mulai sekarang? Bukankah, bisa jadi ini hari terakhir kita?
Bukankah Rasulullah SAW telah bersabda, “Sesungguhnya, amal ( yang paling menentukan) adalah amal terakhirnya”.(HR.Bukhari).
Smoga Allah SWT berkenan memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang khusnul khatimah. Amin!
Wallahu A’lam bi showab. semoga bermanfaat.
Dheminto.
Disadur dari Majalah Islam Ar Risalah
Menuju bening hati : http://untaianhikmah.blogspot.com
Konsultasi Gizi Online : http://gizinews.blogspot.com
Selengkapnya...
Wallahu A’lam bi showab. semoga bermanfaat.
Dheminto.
Disadur dari Majalah Islam Ar Risalah
Menuju bening hati : http://untaianhikmah.blogspot.com
Konsultasi Gizi Online : http://gizinews.blogspot.com
Label:
RENUNGAN
Jumat, 07 November 2008
JADIKAN SABAR DAN SHOLAT SEBAGAI PENOLONGMU
Sobat rohimakumullah.
Didalam QS Al Baqarah [2] ayat 153 Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
MENGAPA SABAR DAN SHOLAT SEBAGAI PENOLONG?
Sobat.
Kata sabar lebih dari seratus kali disebut didalam Al Qur’an. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya makna sabar. Karena sabar merupakan poros, sekaligus inti dan asas segala macam kemuliaan akhlak. Jika kita telusuri lebih lanjut ternyata hakekat seluruh akhlak mulia, sabar selalu menjadi asas atau landasaannya. Misalnya :
• ‘Iffah (menjaga kesucian diri) adalah merupakan bentuk kesabaran dalam menahan diri dari memperturutkan syahwat.
• Syukur adalah bentuk kesabaran untuk tidak mengingkari nikmat dari Allah SWT.
• Qana’ah (merasa cukup dengan apa yang ada) adalah sabar dengan menahan diri dari angan-angan dan keserakahan.
• Hilm (lemah lembut) adalah kesabaran dalam mengendalikan amarah.
• Pemaaf adalah sabar untuk tidak membalas dendam.
• Demikian pula keutamaan akhlak lainnya, semuanya bersumbu pada kesabaran
Dengan kata lain secara psikologis kita bisa memaknai kesabaran sebagai suatu kemampuan untuk menerima, mengolah, dan menyikapi kenyataan. Jadi sabar adalah upaya menahan diri dalam melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu untuk mencapai ridho Allah SWT.
Maka orang yang sabar adalah orang yang mampu menempatkan diri dan bersikap optimal dalam setiap keadaan. Sabar bukanlah sebuah bentuk keputus asaan tapi merupakan optimisme yang terukur. Ketika menghadapi situasi dimana kita harus marah misalnya maka marahlah secara bijak dan diniatkan untuk kebaikan bersama.
Sobat rohimakumullah.
Sedangkan sholat adalah ibadah yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan gerakan dan bacaan tertentu seperti yang telah dicontohkan Rasulullah SAW. Sholat adalah ibadah paripurna yang memadukan olah pikir, gerak, dan rasa. Ketiganya terpadu secara serasi dan selaras dan saling melengkapi. Dalam sholat terintegrasi proses latihan meletakkan kendali diri secara proporsional, mulai dari gerakan, inderawi, aql, dan pengelolaan nafsu yang pada akhirnya akan menghasilkan jiwa yang bersifat muthma’innah. Orang yang memiliki jiwa muthma’innah inilah yang pada akhirnya akan mampu mengaplikasikan nilai-nilai sholat dalam keseharian yaitu nilai-nilai yang didominasi kesabaran paripurna. Prakteknya tercermin dalam sikap penuh syukur, pemaaf, lemah lembut, penyayang, tawakal, qana’ah, menjaga kesucian diri, istiqomah dsb. Dengan kata lain, orang yang sholatnya baik dalam hidupnya akan dipenuhi sifat sabar yang tercermin dalam tingginya akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
Karena itulah maka Rasulullah, para sahabat, dan orang-orang shaleh menjadikan sholat sebagai istirahat, sarana pembelajaran, media pembangkit energi, sumber kekuatan dan pemandu untuk meraih kemenangan. Ketika mendapat rezeki melimpah, sholatlah ungkapan kesyukurannya. Ketika beban hidup makin berat, maka sholatlah yang meringankannya. Ketika rasa cemas membelenggu, sholatlah yang membebaskannya.
Maka tak heran bila khubaib bin Adi ketika akan menjalani eksekusi mati, dedengkot kafir quraisy memberi kesempatan untuk mengajukan permintaan terakhirnya. Apa yang dia minta? Ternyata yang diminta adalah kesempatan untuk sholat. Dengan kusyuk sholat dua rakaat ditunaikan. Selepas itu beliau berkata,”Andai saja aku tidak ingin dianggap takut dan mengulur-ulur waktu niscaya akan kuperpanjang lagi sholatku ini”.
Sobat. Rahimakumullah.
Memang sholat yang baik akan menghasilkan kemampuan bersabar. Sebaliknya kesabaran yang baik akan menghasilkan sholat yang berkualitas yaitu terjadinya dialog dengan Allah SWT sehingga melahirkan kenikmatan, ketenangan yang tak terhingga di hati. Barangsiapa yang mampu merasakan nikmatnya berdialog dengan Allah SWT didalam Sholat maka niscaya Allah SWT akan membuka lebar-lebar pintu pertolonganNya.
Sudahkan sholat kita demikian?
Oleh karena itu marilah kita berusaha menegakkan sholat dan mewarnai kehidupan kita penuh kesabaran agar pintu pertolongan senatiasa terbuka lebar untuk kita. Amin.
Semoga bermanfaat.
Wallahu a’lam bishowab.
Dheminto
http://untaianhikmah.blogspot.com
http://gizinews.blogspot.com
Selengkapnya...
Didalam QS Al Baqarah [2] ayat 153 Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
MENGAPA SABAR DAN SHOLAT SEBAGAI PENOLONG?
Sobat.
Kata sabar lebih dari seratus kali disebut didalam Al Qur’an. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya makna sabar. Karena sabar merupakan poros, sekaligus inti dan asas segala macam kemuliaan akhlak. Jika kita telusuri lebih lanjut ternyata hakekat seluruh akhlak mulia, sabar selalu menjadi asas atau landasaannya. Misalnya :
• ‘Iffah (menjaga kesucian diri) adalah merupakan bentuk kesabaran dalam menahan diri dari memperturutkan syahwat.
• Syukur adalah bentuk kesabaran untuk tidak mengingkari nikmat dari Allah SWT.
• Qana’ah (merasa cukup dengan apa yang ada) adalah sabar dengan menahan diri dari angan-angan dan keserakahan.
• Hilm (lemah lembut) adalah kesabaran dalam mengendalikan amarah.
• Pemaaf adalah sabar untuk tidak membalas dendam.
• Demikian pula keutamaan akhlak lainnya, semuanya bersumbu pada kesabaran
Dengan kata lain secara psikologis kita bisa memaknai kesabaran sebagai suatu kemampuan untuk menerima, mengolah, dan menyikapi kenyataan. Jadi sabar adalah upaya menahan diri dalam melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu untuk mencapai ridho Allah SWT.
Maka orang yang sabar adalah orang yang mampu menempatkan diri dan bersikap optimal dalam setiap keadaan. Sabar bukanlah sebuah bentuk keputus asaan tapi merupakan optimisme yang terukur. Ketika menghadapi situasi dimana kita harus marah misalnya maka marahlah secara bijak dan diniatkan untuk kebaikan bersama.
Sobat rohimakumullah.
Sedangkan sholat adalah ibadah yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan gerakan dan bacaan tertentu seperti yang telah dicontohkan Rasulullah SAW. Sholat adalah ibadah paripurna yang memadukan olah pikir, gerak, dan rasa. Ketiganya terpadu secara serasi dan selaras dan saling melengkapi. Dalam sholat terintegrasi proses latihan meletakkan kendali diri secara proporsional, mulai dari gerakan, inderawi, aql, dan pengelolaan nafsu yang pada akhirnya akan menghasilkan jiwa yang bersifat muthma’innah. Orang yang memiliki jiwa muthma’innah inilah yang pada akhirnya akan mampu mengaplikasikan nilai-nilai sholat dalam keseharian yaitu nilai-nilai yang didominasi kesabaran paripurna. Prakteknya tercermin dalam sikap penuh syukur, pemaaf, lemah lembut, penyayang, tawakal, qana’ah, menjaga kesucian diri, istiqomah dsb. Dengan kata lain, orang yang sholatnya baik dalam hidupnya akan dipenuhi sifat sabar yang tercermin dalam tingginya akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
Karena itulah maka Rasulullah, para sahabat, dan orang-orang shaleh menjadikan sholat sebagai istirahat, sarana pembelajaran, media pembangkit energi, sumber kekuatan dan pemandu untuk meraih kemenangan. Ketika mendapat rezeki melimpah, sholatlah ungkapan kesyukurannya. Ketika beban hidup makin berat, maka sholatlah yang meringankannya. Ketika rasa cemas membelenggu, sholatlah yang membebaskannya.
Maka tak heran bila khubaib bin Adi ketika akan menjalani eksekusi mati, dedengkot kafir quraisy memberi kesempatan untuk mengajukan permintaan terakhirnya. Apa yang dia minta? Ternyata yang diminta adalah kesempatan untuk sholat. Dengan kusyuk sholat dua rakaat ditunaikan. Selepas itu beliau berkata,”Andai saja aku tidak ingin dianggap takut dan mengulur-ulur waktu niscaya akan kuperpanjang lagi sholatku ini”.
Sobat. Rahimakumullah.
Memang sholat yang baik akan menghasilkan kemampuan bersabar. Sebaliknya kesabaran yang baik akan menghasilkan sholat yang berkualitas yaitu terjadinya dialog dengan Allah SWT sehingga melahirkan kenikmatan, ketenangan yang tak terhingga di hati. Barangsiapa yang mampu merasakan nikmatnya berdialog dengan Allah SWT didalam Sholat maka niscaya Allah SWT akan membuka lebar-lebar pintu pertolonganNya.
Sudahkan sholat kita demikian?
Oleh karena itu marilah kita berusaha menegakkan sholat dan mewarnai kehidupan kita penuh kesabaran agar pintu pertolongan senatiasa terbuka lebar untuk kita. Amin.
Semoga bermanfaat.
Wallahu a’lam bishowab.
Dheminto
http://untaianhikmah.blogspot.com
http://gizinews.blogspot.com
Label:
TAUSHIAH
Senin, 03 November 2008
HIDUP HANYA UNTUK IBADAH???
Sobat rohimakumullah
Didalam Al Qur’an Al Karim surat Adz Dzariyat ayat 56 Allah SWT telah berfirman, “ Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu”.
Berdasarkan firman Allah ini maka sesungguhnya tugas kita sebagai manusia didunia yang fana ini tidak ada yang lain kecuali hanya beribadah kepadaNya. Hanya beribadah kepada Allah SWT.
“Lho kang….lha kalau tugas kita Cuma beribadah, kapan kita bekerja, kumpul keluarga, bermasyarakat, arisan dan lain-lain? Mosok kita Cuma disuruh sholaaaaat terus, puasa terus, ngajiii terus. Ya nggak bisa to kang”, protes bang Somad.
Sobat!
Komentar bang Somad tadi memang tidak salah, tapi tidak sepenuhnya benar. Memang kebanyakan diantara kita masih beranggapan bahwa yang dinamakan ibadah itu ya sholat, puasa, zakat, ngaji, infak., sedekah, haji dsb. Bahkan sebagian orang memandang apabila sudah haji maka sempurnalah keislamannya dan surga sudah menjadi jaminannya. Hal ini memang tidak sepenuhnya salah. Namun akan menjadi keliru bila hal ini menjadikan kita lupa atau mengabaikan hal-hal lain yang setiap hari kita kerjakan dan menghabiskan waktu kita. Padahal dari situlah modal terbesar kita untuk beribadah kepada Allah SWT.
Coba hitung waktu kita habis untuk apa?
• Sholatkah? Paling sholat kita 5 kali sehari. Kalau sekali sholat 5-10 menit berarti cuman butuh waktu 25-50 menit. Nggak nyampe 1 jam tho kang?
• Puasa? Paling-paling kita setahun sekali. Itupun pas Ramadhan. Yang puasa sunah bisa dihitung dengan jari. Ya kan?
• Zakat? Paling setahun sekali. Itupun sebagian besar cuman zakat fitrah. Zakat malnya banyak yang kelupaan.
• Haji ? Wah…belum tentu bagi kita yang pas-pasan. Termasuk yang ngomong juga. Yang punya duit paling-paling seumur hidup sekali.
Lha ternyata kang…. waktu kita itu habis untuk tidur, bekerja, belajar, ngobrol di poskamling, makan minum, olahraga dsb. Ya..nggak? Dan celakanya, seringkali kegiatan-kegiatan tersebut berjalan dan berlalu begitu saja tanpa muatan/niatan untuk beribadah kepada Allah SWT. Karena tanpa niat untuk beribadah kepada Allah, maka juga tidak akan bernilai ibadah dan tidak akan mendapatkan apa-apa disisi Allah SWT.
“Lho….apa bisa kang : tidur, makan, minum, olahraga jadi ibadah”, Tanya kang Parman.
Ya .. bisa! kenapa tidak!
Bukankah Rasulullah pernah bersabda bahwa “Betapa banyak sekali amalan-amalan yang nampaknya sebagai amalan dunia, dengan niat yang benar maka menjadi amalan akhirat. Betapa banyak amalan-amalan yang nampaknya sebagai amalan akhirat tapi menjadi amalan dunia semata karena niat yang salah”.
Sobat!
Sabda Rasulullah ini menjelaskan kepada kita bahwa betapa banyak amalan-amalan, perbuatan-perbuatan yang kelihatannya merupakan amalan dunia semata seperti makan, minum, tidur dsb, tetapi bisa menjadi amalan akhirat atau bernilai ibadah dan mendapatkan pahala disisi Allah. Karena apa? Karena niat yang benar yaitu mengharap ridho Allah SWT.
Tetapi sebaliknya. Betapa banyak amalan-amalan yang kelihatannya merupakan amalan akhirat, kelihatannya merupakan ibadah seperti sholat, zakat, haji, puasa dan sebagainya. Tetapi hanya menjadi amalan dunia semata, artinya tidak bernilai ibadah dan tidak mendapatkan pahala disisi Allah. Karena apa? Karena niat yang salah yaitu bukan karena Allah tetapi karena yang lain. Misalnya biar dilihat orang, ingin dipuji dsb.
Jadi kata kuncinya adalah NIAT YANG BENAR.
Maka dengan Niat yang benar yaitu semata-mata mengharap ridho Allah, maka insyaallah seluruh aktivitas kita mulai dari tidur, bekerja, belajar, makan, minum bahkan sampai tidur lagi akan bernilai ibadah dan mendapatkan pahala disisiNya.
Terkait dengan ini Rosul pernah bersabda, “Bahwasanya segala amal perbuatan itu tergantung pada niat, dan bahwasannya bagi tiap-tiap orang adalah apa yang ia niatkan”(HR Bukhari Muslim). Intinya :
Perbuatan yang baik dengan niat yang benar karena mengharap ridho Allah akan bernilai ibadah. Dan sebaliknya perbuatan baik dengan niat yang tidak benar yaitu bukan karena Allah maka akan sia-sia. tidak bernilai ibadah dan tidak mendapatkan apa-apa disisi Allah SWT.
Jadi dalam hal ini niat merupakan tamyisul ‘ibadah ‘anil ‘adah. Niatlah yang membedakan apakah perbuatan kita termasuk ibadah atau hanya adat kebiasaan semata yang tidak bernilai ibadah.
“Kang! Lha kalau perbuatan yang tidak baik kita iringi dengan niat yang baik bagaimana? Misalnya : kita judi hasilnya untuk mbangun masjid gimana kang?” Tanya kang paijo.
Wah kalo itu, para ulama mengibaratkan kita cuci muka. Cuci muka kan baik tho? Tapi menjadi tidak baik manakala cuci mukanya dengan kotoran, dengan air kencing misalnya. Maka tidak jadi bersih malah semakin kotor. Demikian juga dengan amal buruk diniatkan untuk kebaikan, Misal judi untuk sedekah. Itu sama saja dengan cuci muka dengan air kencing tadi.
Maka agar hidup kita sesuai perintah Allah yaitu hanya untuk beribadah kepadanya, maka kita harus berbuat baik sesuai tuntunan syariat dan semuanya harus kita lakukan semata-mata dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rohmat dan hidayahNya untuk kita semuanya sehingga kita dapat melaksanakan tugas pokok kita sebagai hamba Allah yaitu menjadikan hidup kita semata-mata untuk beribadah/mengabdi kepadaNya. Amin.
Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bishowab.
Dheminto
http://untaianhikmah.blogspot.com
http://gizinews.blogspot.com
Selengkapnya...
Didalam Al Qur’an Al Karim surat Adz Dzariyat ayat 56 Allah SWT telah berfirman, “ Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu”.
Berdasarkan firman Allah ini maka sesungguhnya tugas kita sebagai manusia didunia yang fana ini tidak ada yang lain kecuali hanya beribadah kepadaNya. Hanya beribadah kepada Allah SWT.
“Lho kang….lha kalau tugas kita Cuma beribadah, kapan kita bekerja, kumpul keluarga, bermasyarakat, arisan dan lain-lain? Mosok kita Cuma disuruh sholaaaaat terus, puasa terus, ngajiii terus. Ya nggak bisa to kang”, protes bang Somad.
Sobat!
Komentar bang Somad tadi memang tidak salah, tapi tidak sepenuhnya benar. Memang kebanyakan diantara kita masih beranggapan bahwa yang dinamakan ibadah itu ya sholat, puasa, zakat, ngaji, infak., sedekah, haji dsb. Bahkan sebagian orang memandang apabila sudah haji maka sempurnalah keislamannya dan surga sudah menjadi jaminannya. Hal ini memang tidak sepenuhnya salah. Namun akan menjadi keliru bila hal ini menjadikan kita lupa atau mengabaikan hal-hal lain yang setiap hari kita kerjakan dan menghabiskan waktu kita. Padahal dari situlah modal terbesar kita untuk beribadah kepada Allah SWT.
Coba hitung waktu kita habis untuk apa?
• Sholatkah? Paling sholat kita 5 kali sehari. Kalau sekali sholat 5-10 menit berarti cuman butuh waktu 25-50 menit. Nggak nyampe 1 jam tho kang?
• Puasa? Paling-paling kita setahun sekali. Itupun pas Ramadhan. Yang puasa sunah bisa dihitung dengan jari. Ya kan?
• Zakat? Paling setahun sekali. Itupun sebagian besar cuman zakat fitrah. Zakat malnya banyak yang kelupaan.
• Haji ? Wah…belum tentu bagi kita yang pas-pasan. Termasuk yang ngomong juga. Yang punya duit paling-paling seumur hidup sekali.
Lha ternyata kang…. waktu kita itu habis untuk tidur, bekerja, belajar, ngobrol di poskamling, makan minum, olahraga dsb. Ya..nggak? Dan celakanya, seringkali kegiatan-kegiatan tersebut berjalan dan berlalu begitu saja tanpa muatan/niatan untuk beribadah kepada Allah SWT. Karena tanpa niat untuk beribadah kepada Allah, maka juga tidak akan bernilai ibadah dan tidak akan mendapatkan apa-apa disisi Allah SWT.
“Lho….apa bisa kang : tidur, makan, minum, olahraga jadi ibadah”, Tanya kang Parman.
Ya .. bisa! kenapa tidak!
Bukankah Rasulullah pernah bersabda bahwa “Betapa banyak sekali amalan-amalan yang nampaknya sebagai amalan dunia, dengan niat yang benar maka menjadi amalan akhirat. Betapa banyak amalan-amalan yang nampaknya sebagai amalan akhirat tapi menjadi amalan dunia semata karena niat yang salah”.
Sobat!
Sabda Rasulullah ini menjelaskan kepada kita bahwa betapa banyak amalan-amalan, perbuatan-perbuatan yang kelihatannya merupakan amalan dunia semata seperti makan, minum, tidur dsb, tetapi bisa menjadi amalan akhirat atau bernilai ibadah dan mendapatkan pahala disisi Allah. Karena apa? Karena niat yang benar yaitu mengharap ridho Allah SWT.
Tetapi sebaliknya. Betapa banyak amalan-amalan yang kelihatannya merupakan amalan akhirat, kelihatannya merupakan ibadah seperti sholat, zakat, haji, puasa dan sebagainya. Tetapi hanya menjadi amalan dunia semata, artinya tidak bernilai ibadah dan tidak mendapatkan pahala disisi Allah. Karena apa? Karena niat yang salah yaitu bukan karena Allah tetapi karena yang lain. Misalnya biar dilihat orang, ingin dipuji dsb.
Jadi kata kuncinya adalah NIAT YANG BENAR.
Maka dengan Niat yang benar yaitu semata-mata mengharap ridho Allah, maka insyaallah seluruh aktivitas kita mulai dari tidur, bekerja, belajar, makan, minum bahkan sampai tidur lagi akan bernilai ibadah dan mendapatkan pahala disisiNya.
Terkait dengan ini Rosul pernah bersabda, “Bahwasanya segala amal perbuatan itu tergantung pada niat, dan bahwasannya bagi tiap-tiap orang adalah apa yang ia niatkan”(HR Bukhari Muslim). Intinya :
Perbuatan yang baik dengan niat yang benar karena mengharap ridho Allah akan bernilai ibadah. Dan sebaliknya perbuatan baik dengan niat yang tidak benar yaitu bukan karena Allah maka akan sia-sia. tidak bernilai ibadah dan tidak mendapatkan apa-apa disisi Allah SWT.
Jadi dalam hal ini niat merupakan tamyisul ‘ibadah ‘anil ‘adah. Niatlah yang membedakan apakah perbuatan kita termasuk ibadah atau hanya adat kebiasaan semata yang tidak bernilai ibadah.
“Kang! Lha kalau perbuatan yang tidak baik kita iringi dengan niat yang baik bagaimana? Misalnya : kita judi hasilnya untuk mbangun masjid gimana kang?” Tanya kang paijo.
Wah kalo itu, para ulama mengibaratkan kita cuci muka. Cuci muka kan baik tho? Tapi menjadi tidak baik manakala cuci mukanya dengan kotoran, dengan air kencing misalnya. Maka tidak jadi bersih malah semakin kotor. Demikian juga dengan amal buruk diniatkan untuk kebaikan, Misal judi untuk sedekah. Itu sama saja dengan cuci muka dengan air kencing tadi.
Maka agar hidup kita sesuai perintah Allah yaitu hanya untuk beribadah kepadanya, maka kita harus berbuat baik sesuai tuntunan syariat dan semuanya harus kita lakukan semata-mata dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rohmat dan hidayahNya untuk kita semuanya sehingga kita dapat melaksanakan tugas pokok kita sebagai hamba Allah yaitu menjadikan hidup kita semata-mata untuk beribadah/mengabdi kepadaNya. Amin.
Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bishowab.
Dheminto
http://untaianhikmah.blogspot.com
http://gizinews.blogspot.com
Label:
nasehat
Langganan:
Postingan (Atom)